Bisakah ABK Mandiri Tanpa Shadow Teacher?
By Derekoo Irfan Amanullah
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah obrolan ringan antara saya dengan seorang guru kelas, waktu itu saya bertanya kurang lebihnya seperti ini:
“di sekolah ini cukup banyak ya Pak, Anak Berkebutuhan Khusus yang didampingi oleh Shadow teacher?”
Yang kemudian dijawab sang guru dengan antusias:
“Oh iya Pak, Shadow teacher di sekolah kami ini rata-rata sudah berpengalaman. Saya kasih contoh Pak Budi (bukan nama sebenarnya), dia sudah menjadi shadow teacher sejak Rudi muridnya duduk di bangku TK, sekarang di sini dia sudah kelas 4 SD. Setiap kali muridnya hendak marah atau tantrum, Pak Budi cuma perlu mengacungkan telunjuknya dan muridnya langsung diam.”
Dari situ saya langsung terdiam, ada nada bangga di suaranya. Ternyata di mata sang guru, berita tadi merupakan berita baik, dimana saya seharusnya merasa takjub dengan adanya shadow teacher “senior” seperti itu.
Untuk anda yang heran, dan tidak melihat salahnya dimana. Yuk kita bahas.
Shadow teacher merupakan seorang profesional dengan cakupan demografi murid yang beragam, mulai dari murid usia TK sampai dengan SMP (biasanya SMA sudah menolak murid didampingi shadow teacher), belum lagi kalau kita mempertimbangkan diagnosanya, usia mentalnya, IQ nya, bentuk sekolahnya inklusi apa tidak, dan masih banyak lagi.
Dari sekian banyak demografi murid, tingkatan dan model pendampingan yang dibutuhkan pun berbeda satu sama lain. Contohnya, ketika hambatan yang dimiliki anak adalah slow learner dan tidak ada hambatan lain, maka masalah utamanya adalah IQ dan mental (tergantung usia mental dan tingkat kompromi sekolah). Dari situ bisa ditarik kesimpulan program utama shadow teacher secara umum adalah akademik dan interaksi sosial.
Nah ketika kita sudah bisa memberikan kerangka program belajar anak sesuai kebutuhannya, kita bisa menentukan target mandiri anak. Biasanya untuk anak dengan slow learner di tingkat TK atau SD kelas kecil, kita bisa menentukan target mandiri 3 tahun.
Berbeda lagi dengan contoh kasus anak dengan gangguan tuna rungu misalnya, proses anak untuk bisa mengenali suara, operasi implan, belum lagi adaptasi dengan lingkungan, akan memakan waktu yang tidak sedikit dan tidak murah. Walaupun orangtua ananda diberikan rejeki yang cukup untuk melakukan semua proses coclear implanyang dibutuhkan, proses menterjemahkan implan ke suara itu sendiri tidak sebentar. Oleh karena itu, proses pendampingan shadow teacher terhadap anak pun secara otomatis tidak bisa sebentar, dan kita belum mempertimbangkan faktor percaya diri, akademik, dan interaksi dengan orang baru. Biasanya di sabri learning proses, anak dengan hambatan seperti ini akan makan waktu 5 tahun.
Bisakah ABK Mandiri Tanpa Shadow Teacher?
Ya. Selalu ada kemungkinan seorang anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri tanpa ada pendampinganseorang shadow teacher. Nah sekarang pertanyaan besarnya, bagaimana kita bisa memenuhi target kemandirian tersebut? Jawabannya adalah keringat dan air mata.
Agar anak bisa sampai pada tahapan tersebut, kita harus bisa komitmen sejak awal. Khususnya bagi pihak-pihak yang menangani kasus ananda secara langsung/fisik, seperti dokter, psikolog, orangtua, terapis di rumah, terapis di center(jika ada), shadow teacher, guru kelas, guru pelajaran lain, dan kepala sekolah. Kita harus bisa menyamakan visi, bahwa kita ingin anak ini mandiri, karena tidak sedikit sekolah yang tidak ingin ribet dengan hal tersebut dan lebih fokus ke kenyamanan bersama, “kalo memang anak bisa fokus dengan pendampingan shadow teacher, yasudah dilanjutkan saja”
Jadi, kalau kita kembali ke pertanyaan awal, “Emang bisa ya anak berkebutuhan khusus mandiri tanpa shadow teacher?” jawabannya tentu saja bisa. Tapi apakah kita bersedia mengikuti syarat dan ketentuannya? Belum tentu. Yuk sharing pendapatmu soal ini? Apa menurutmu shadow teacher itu harus selamanya atau harus ditargetkan untuk mandiri?
Komentar
Posting Komentar